Oleh: Yesaya gobay
Seperti mereka yang ada di persimpangan jalan, Aku juga ada di samping itu,
Memperjuangkan setiap hak hak milik ku.
Agar kami tahu, apa arti hidup.
Tidak mudah Memperjuangkan setiap cinta,
Berusaha Tetap tersenyum di kala haus, lapar, apa lagi di siksa.
Itulah hidup si kaum puan yang di angap bukan manusia oleh sistem, polisi dan kebudayaan ini.
kami adalah sedikit dari, Gadis yang sering di jadikan tradisi semata,
Gadis yang sering di anggap tidak manusia,
Inilah hari hari milik kami,
Kami memilih memimpin bangsa ini
Keluar dari rantai budak ini,
Budak akibat dominasi safsu sesat
Jika perempuan masih di anggap objek,
Kenapa masih banyak pun yang berani marah,
Perempuan pula saatnya memimpin
Keluar dari patriarki dan dominasi kaum adam.
Kesetaran tidak semudah berbalik telapak tangan, kesetaraan akan terwujud,
jika keadilan di cari dengan melawan dan memaksa.
Mencari kesataran dan keadilan tidak semudah cinta romantisan.
Tidak ada cara lain untuk mendapatkan keadialan, selain melawan.
Terali besi adalah jalan terbaik untuk menjawab bahwa keadilan harus di rebut.
Saatnya perempuan memimpin, mengakhir penindasan.
Timika, 13 oktober 2019
Catatan:
puisi di buat saat Stela, ros dan noviska di tahan karena protes Rasisme di timika, dan mereka di tahan dalam penjara porles Timika selama 4 hari