Bagian l.
Indonesia megalami kemajuan dalam
Informasih dan komunikasi entah itu informasi benar, keliru, hokx dan lain sebagainya apalagi dalam era digital kita di mudahkan semua,
Hingga sekarang hal ini terlihat, saat pandemi menebar seluru pelosok bumi, Dampak baik juga buruk kami rasakan, hal ini pula kami di paksakan masuk dalam arena baru/ ruang baru yakni dunia digital, banyak prubahan juga terjadi. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca!, malas baca buku tapi rajin ceret di media.
Kapitalsime menguasai pikiran, merasuki segi kehidupan, mengontorol setiap aktivitas manusia, menghisap mengekspolistasi fisikologi, mengantungkan aktivitas pada medsos untuk selalu tegantung padanya
Kapitalisme juga meghisap tenaga tenaga produktif, megubah pola dan cara pandang dan mendesak agar semua harus megikuti zaman naw naw, meyebarkan doktirnan bahwa dunia kemarin adalah terbelakang dan bodoh, tenaga mahasiswa, nelayan, buruh, tani, masyrakat adat di hisap dan di ekploitasi hingga melakukan pembenaran bahwa segala sesuatu ada di media sosial adalah baik jadi harus mengikuti zaman.
Kapitalisme mencekik leher leher, mahasiwa buruh, tani dan megubah cara, sifat, gaya, dan karakter, Dalam melakukan sesuatu hal, traspormasi aktivitas keseharian meloncat sangat jahu dan masif di masa pandemi dan digital akibatnya Rakyat yang dulunya berkubun nelayan, tani, masyarakat adat dll, berubah secara siknifikan,
Negara malah megambil peluang ini untuk menjalankan bisnis, membuka lahan lahan baru bagi kapitalis global.Kita bisa melihat belajar dari situasi pandemi ini, Rakyat di amankan di rumah dan lackdow tiap daerah2, kabupaten, kota, desa, sedangkan negara dengan seenknaya membahas Uu Omnibus law tanpa sepengetahuan rakyat, rakyat pula tidak di perbolehkan beraktifitas kecuali Petinggi negara dan aparat keparat,
Sedangakn rakyat menderita kelaparan, kesegsaraan, jadi yang kaya tetap kaya dan dapat makan, yang miskin tetapi miskin
Revolusi digital ini telah mengubah cara pandang seseorang dalam menjalani kehidupan yang sangat canggih saat ini. Sebuah teknologi yang membuat perubahan besar kepada seluruh dunia, dari mulai membantu mempermudah segala urusan sampai membuat masalah karena tidak bisa menggunakan fasilitas digital yang semakin canggih ini dengan baik dan benar.
Salah satu contoh era digital yang kini berkembang di perusahaan adalah aplikasi GoJek atau Grab yang bisa memudahkan para penggunanya, baik dalam hal transportasi atau kuliner. Tidak hanya aplikasi transportasi, seperti GoJek atau Grab, ada pun perusahaan lainnya yang bekerja sama antara teknologi dan juga bisnis, seperti e-commerce, Shopee, Lazada, Tokopedia, dan lain sebagainya.
Mengutip jurnal yang berjudul Pengaruh Era Digital Terhadap Perkembangan Bahasa Anak karya Puji Rahayu, era digital merupakan suatu masa di mana sebagian besar masyarakat pada era tersebut menggunakan sistem digital dalam kehidupan sehari-harinya.
Awalnya, teknologi komunikasi dari media elektronik masih menggunakan sistem analog, dan baru beralih ke sistem digital dengan ditandai hadirnya transformasi produk media seperti e-book, internet, koran digital, e-library, e-shop, dsb. Masa tersebut biasanya disebut dengan revolusi digital yang dimulai sejak tahun 1990-an. Perkembangan era digital sendiri ditandai dengan aliran informasi melalui media-media komunikasi sudah bersifat jelas, akurat dan cepat.
Dalam erah ini juga indonesia sangat ketakutan akibat banyaknya persoalan yang terus di sebunyikan, diskriminasi, intimidasi, teror, penangkapan sewenang wenang, pelagaraan ham dll, yang terus terjadi namun di tutupi di muka publik seperi beberapa contoh kasus di papua beberapa tahun terakhir ini yang di viralkan melalui media sosial namun sebagian besar di hapus.
Dari sisi konten, menurut Laporan Transparansi Google, pada tahun 2021, Pemerintah Indonesia merupakan negara dengan jumlah volume permintaan tertinggi penghapusan konten kepada Google yaitu 254,461 konten, Bentuk represi lain terhadap akses ini adalah masih banyaknya gangguan akses Internet di Papua. Selama 2021, setidaknya terjadi 12 kali gangguan akses Internet dengan alasan keamanan ataupun teknis.
Di kutip dari Laporan Shafe net., Pada aspek kebebasan berekspresi, menunjukkan bahwa kriminalisasi terhadap ekspresi warga menggunakan media digital juga terus berlanjut. Sepanjang 2021, setidaknya ada 30 kasus pemidanaan dengan total 38 korban.
“Sejak UU ITE disahkan pada 2008, baru kali ini aktivis menempati peringkat pertama jumlah korban berdasarkan latar belakang, yakni sebanyak 10 orang atau 26,3% dari total korban,”. Pada aspek rasa aman, tahun 2021 juga masih diwarnai dengan maraknya serangan digital terhadap masyarakat sipil, terutama kelompok kritis, seperti jurnalis, aktivis, dan pembela HAM lain.
Sepanjang 2021 terdapat setidaknya 193 insiden serangan digital. Jumlah ini naik 38% jika dibandingkan insiden pada tahun sebelumnya, 147 insiden. Puncak serangan terjadi pada September (34 insiden), lebih tinggi dibandingkan rata-rata serangan tiap bulan, sekitar 16 insiden.
Melihat dari hal diatas ini, bahwa Situasi digitalisasi, kebebasan digital, internet di indonesia mengalami ketidak nyamanan.
Di tahun kebelakangan ini, Pegaruh digital bahkan penguna media sosial meningkat entah itu baik maupun buruk, apalagi akibat pandemi yang berkepanjangan menjadi dewa dan membuat manusia mengikuti aturan yang ada, kondisi yang di ciptakan juga masuk dalam pekembagan sum sum isi kehidupan manusia di era digital, rovolusi 4.0 karena hal ini telah memberi ketergantugan sangat signifikan.
Satu hal lagi, Yang sangat terlihat sekali, saat pandemi menebarkan emosinya ke suluruh dunia termasuk indonesia, hal ini membuat pengaruh besar kepada manusia kehidupan dan isinya. Sisi lain beberapa negara termasuk indonesia yang mengalami pandemi ini megakibatkan krisis vinansial akibat transpormasi digital yang signivikan, sisi lain juga otak kritis rakyat dan mahasiswa juga berubah bahkan aktifitas keseharian Akibat digital yang di fungsikan sebagai tuhan, dalam hal alat untuk megetahui informasi, komunikasi. Hal ini mengubah sistem kehidupan kebiasaan manusia, Hingga sekarang setiap orang di desak mengunakan media sosial, jika tidak gunakan tidak kren dan bodoh dan juga tidak tahu informasih dll.
Kontol kapitisme untuk mengisap dan meningkatkan profit di era digitalisi sagat terlihat dan menigat, kapitalisme megitrol aktivitas maunusia degan menciptakan ketergantugan agar produksi kapitalisme terus berjalan dan mengerup isi bumi, aktifitas kita di kotrol agar terus bercinta pada hal hal baru yangbkan di ciptakannya.
Situasi ini, Medsos menjadi dewa yg harus kami tunduk dan mendesak hingga memberi ketergantungan untuk harus adukan setiap persolan yang terjadi ke media sosial.
Entah itu persoalan Privat maupun publik.
Secara tidak sadar tempat inilah ruang ter nyaman setiap peguna medsos untuk ungkapan tanpa melihat hal apa yang harus di publikasi dan apa saja yang tidak di perboleh di publikasi.
Melihat situasi sigkat di atas bahwa setiap kehidupan, alat, maupun cara kita di ubahkan total. Hal ini memberi pelajaran sagat pentig dalam mengunakan media sosial, melakukan
Aktivitas. Karena telah memudahkan kita, mengetahui setiap aktifitas manusia juga mudah di pantau, kontrol, di ikuti, Belum lagi kawan kawan yang suka berada di jalan aksi protes persolan kemanusiaan hari ini. ini menjadi peluang lawan, targetan pemantahu aktivitas entah dari buzer, negara, dan pihak pihak lain yg tidak bertanggung jawab lainnya.
Sistem kapitisme megontrol aktivitas manusia tanpa kita tahu bahwa sedang di kontrol
Akibatnya beberapa bulan Trakhir yang terlihat beberapa Akun mejadi ancaman di heker, di hapus dll, seperti Fb, fapage, yutube, twiter dll. yang negara merasa berbaya ancaman baginya, di heker /di ganggu seperti beberapa kawan kawan papua yng biasa membelah kemanusia bari baru ini terlihat ramai karena akun akunnya di batasi, dan di heker
Hal Ini membuat kita untuk Atisipasi dalam mencari alternatif baru dan menjadi pelajaran juga dalam membublikasi hal yang menjadi privat, Kita musti melihat sasaran dan target untuk melakukan postigan atau publikasi tertentu bukan hambur di media sesuai apa yang kita pikirka baik privat maupun umum, di sini kita mempunyai kecolongan yang besar dan memberi pihak lawan peluang untuk menjalankan misinya, untuk megukur perlawan kita,
Dalam melihat di namika di atas dan antisipasi yang harus di lakukan memang harus di pikirkan bagi kawan kawan yang selalau berkatifitas di media sosial dan yg selalu di jalan
Pandemi yang mengaturkan sisi kehidupan dan mengantikan perkebangan manusia, kebebasan digital di batasi, internet yang tidak aman, apalagi bagi kawa2 pembelah kemanusiaan yang terus di kontol dalam jejak jejak digital.
Melihat ini, bagi pembelah ham, juga kawan yang suka di jalan, Kita musti punya trategi atas dan bawa untuk mencapai capai capaian,
Minsalnya Seperti posting artikel, pernyataan di media, kritik, oto kritik, buat status, Pasang foto di status, dll. Memang Hal ini mejadi kebebasan digital namun melihat jejek digital yang terus di kontrol, bahkan negara indonesia yang mempunyai media dan Bazer2 untuk mengontrol aktivisatas khusua kativis, pembelah kemanusiaa, hal ini membuat kita musti befikir lebih, kuat dan jelih dalam situasi ini, sisi lain Juga harus punya petimbagan dalam melakukan satu dan lain hal karena akan berdampak kedepan.
Telihat jelas kawan2 masih berjalan di dunia yang terkontrol oleh kapitalisme dan koloniaslime, beberapa hal yang kadang mejadi kecoplosan dan beri mereka peluang.
Untuk megukur Perkembanggan pergekan hari ini khususnya west papua.
Misalnya strategi taktik dan siasat yang di rancang untuk kemudian hari itu tidak boleh di bublikasi, hal lain juga masalah organisasi, individu bahkan program perjuangan ke depan hal ini juga tidak harus di bublikasi, keberadaan dan aktivitas yang terlalu sensitif seperti aktivitas politik juga di kuranggi dalam mempublikasi, yaa kamu dia dan tuhan saja yang tahu, jika ada masalah cat, inbox atau tlfn, jika tidak bisa selesaikan, coba duduk sama sama. Begitu juga kritik sesama perjugan itu lebih baik, tetapi jika di publikasi pasti ada dua kemungkinan yang mengutungkan bagi kita dan dorang (penjajah), maka musti ada pertimbagkan dengan melihat kerja kerja apakah dalam proses atau sudah selesai, jika masih proses jagan dulu sebarkan dll, maka dari itu sebelum melakukan sesuatu kita musti melihat ke depan (DAU GAI EKOWAI).
Jadi dalam melakukan digitalisasi, tempat komunikasi dan sasaran ini pelu di lihat dan lalu di publikasi, di sebarkan dll, karena peluang inilah pejajah kolonialisme/ kapitisme mendapatkan jalan kemudian menganalisis dan megukur pejuangan kita, kelebihan dan kelemahan untuk mejatuhkan di lubang yang sama, walapun ini adalah kebebasan, namun ini harus di pertimbangkan. Walaupun benci dan dendam tatapi ada tempat untuk bicara, tinggl bedakan ruang privat dan publik.
Situasi di atas membuat ketegantugan manusia dan media sosial, atas kebebasan digital, juga pelagaran hak digital dan kontrol kapitalisme di gital makin masif dan terus terjadi.
Kitalah pegendali nafsu hari ini, ada yang harus di bicarakan terbuka bublik, ada juga yang tidak di publik/privat. Kita butu duduk sama sama lagi, duduk satu meja tong bicara.
Bersambung.
Kamis 2 mei 2022
Munobali